Senin, 22 Desember 2008

Menunggu Kehadiranmu

Berkelibat disamar - samar
wajahmu tertangkap mataku
mengobati rindu dalam hatiku
setelah sekian lama tak bertemu
tak menatap matamu
menjabat tanganmu
tak juga lihat senyumanmu
apalagi menikmati indah karunia-Nya
yang sempurna tercipta tanpa cacat mata
alangkah agung bila dipandang dan dirasa
dan buatku suka kamu semuanya
sungguh beraneka rupa yang kurasa
sampai tak dapat mengartikannya
hanya kau yang bisa merubah
apa dirimu dimuka
yang datar tersenyum ceria
mengingat dirimu disetiap masa
kau ukirkan arti dalam hatiku
kau susun lagi beling emosi
yang tak pasti dalam langkahku
kau bangkitkanku dalam sepi
membawa pelita untuk melangkah maju
tak biarkanku ingat yang dulu
buatku lupakan apa yang ingin kulupa
menulis kisah yang baru
tinggalkan cerita yang dulu
untuk bahagia bersamamu
hingga disetiap gerakku
ada kamu yang menyertaiku selalu
bagai nirwana dalam hatiku
yang kini sedang kurindu kehadiranmu
walau hanya dalam mimpiku
kau datang menemuiku
aku akan tetap menunggu dan menantimu

Minggu, 21 Desember 2008

Peran Ibu dalam Perkembangan Kepribadian Anak

Pernahkan kalian sadari betapa hebatnya seorang ibu?
Apa kalian pernah berpikir untuk membalas budi kepada ibu kita yang telah memberikan segalanya hanya untuk menghidupi kita?
Hitung berapa usia kalian sekarang?
Pernahkah kalian berpikir bagaimana kita bisa tumbuh dan berkembang tanpa adanya seorang ibu disisi kita?
Perhatikan orang - orang disekitar kalian yang terbiasa hidup tanpa hadirnya peran ibu disamping mereka. Mereka akan terbiasa dengan lingkungan yang tergolong kasar dan tidak mudah diatur. Peran ibu dalam hidup kita lebih condong kepada proses pembentukan kepribadian. Ibu yang sukses dalam mendidik anaknya akan tercermin pada sikap dan sifat anaknya dan perilaku kepribadian yang timbul dari anak tersebut.
Dan ibu juga yang lebih menimbulkan sifat untuk memberi dan bekasih sayang kepada setiap orang yang kita kenal. Dan ibu juga dapat meningkatkat rasa berbelas kasih pada seseorang yang entah sudah dikenal maupun yang belum di kenal, itu terjadi karena kepekaan seorang ibu terhadap hal yang ada di sekitarnya. Emosional seorang anak juga dipengaruhi oleh ibu dalam memberi kepekaan kepada anak - anaknya.
Maka dari itu apabila anak yang terbiasa dengan ibunya akan cenderung lebih lembut dan halus. berbeda dengan anak yang jauh dari jangkauan peran ibu, akan muncul emosional dalam ego yang tinggi serta memiliki kepribadian yang keras. sehingga kepekaannya terhadap lingkungan disekitarnya dan juga rasa untuk mengasihi orang lain akan cenderung lebih kecil dari pada anak yang terbiasa memperoleh peran dari ibunya.

Cita - Cita Tak Boleh Dipaksakan

Apa yang kalian pikirkan mengenai Cita cita?
Ingatkah sewaktu kecil apa cita-cita yang sangat kalian idamkan?
Masih berharap tercapaikah cita - cita tersebut?
Semakin kita beranjak menuju kedewasaan, cita - cita tersebut semakin pergi menjauh dari kita, yang tadinya kita berpikiran bahwa mencapai cita - cita tersebut mudah. Namun semakin kita dewasa dan dapat berpikir panjang. kita akan berpkiran bahwa cita - cita yang kita idamkan sewaktu kecil ternyata sulit untuk terpenuhi, hal tersebut mungkin dikarenakan apa yang dicita - citakan tersebut jauh dari bkat dan kemampuan yang dimiliki oleh yang bersangkutan. dan hal lainnya mungkin karena keterbatasan dana untuk mencapai cita - cita yang dalam menggapainya diperlukan untuk pengembangan diri dalam hal yang bersangkutan sehingga perlu dilakukannya pendidikan lebih lanjut dan lebih mendalam mengenai bidang yang dicita - citakan.
Oleh karena itu ada banyak orang yang mengalihkan usahanya dalam mencapai sukses dengan usaha lainnya yang lebih mudah digapai dan lebih berhubungan dengan bakat, minat dan kemampuan orang yang bersangkutan.
Maka dari itu kita tidak bisa memaksakan cita - cita yang sama sekali tidak berhubungan atau berkemungkinan kecil untuk kita capai. Cita - cita tersebut akan sukses nantinya jika dapat diseimbangkan dengan bakat, minat, dan kemampuan. Agar cita - cita tersebut nantinya dapat dijadikan sebagai penompang hidup dan semangat bagi yang memilikinya.

Rasakan

Pernahkan singgahi rasa ini?
diri kalian yang rasakan ini
apa sepahit inikah cinta?
apakah kebahagiaan yang kamu rasakan?
batinku tinggal percahan
kalian tahu dan kalian rasakanlah
pedih dalam setiap tetes air mataku
tak sedikitpun hela kebahagiaan
yang kurasakan dari sisimu
pijakkanlah kakimu dalam hatiku
hanya menantimu yang terasakan tak kan tiba
ingin ku tutup kembali
tapi ku takut kau rasakan
getar jiwa yang tuntun dekati
jasad atasmu untukku
dan inginku pergi
tapi ku takut kau datang
dan aku kini
tlah buka tuk siapaun hatiku
namun hanya singgah
tak sepertimu
yang tempati seusiamu
sepanjang nafasmu
seumur hidupmu
kuingin kau rasakan
ketulusan yang sungguh dalam
yang terpancarkan
dalam tetes kasih yang kuberikan

Kesungguhan Hatiku Mencintainya

Temani aku dalam sedih
dengarkan aku dalam duka
terajut kasih dalam langkah
cinta yang terakui sikap
terabaikan olehnya
sayang yang terbangun
terbengkalai begitu saja
muncul rasa yang tak teringinkan
hatiku tanyakan itu
bagaimana hatinya?
terijinkankah aku memilikinya?
pertemanan yang terputuskan
tak terhubungkan lagi
ratapan tak berguna berkeluh
kehidupan yang jadi kesah
beban dalam lalui rintang
tangisan yang antarkan
diriku dalam hidupku
sedikitpun tanpa senyum
kesungguhan yang kurasakan
dalam cintaku untuknya
yang tulus tanpa pamrih
berharap tak terabaikan
dirinya yang menjauhkan langkah
sisakan bekas kesakitan
yang halus tak termaafkan
kepedihanku atas bahagianya
kan kurelakan demi cintaku
karna aku mencintainya
tulus dan ikhlas dalam sanubariku

Cinta Dalam Nafas

Menyentuh lara dalam hati
cinta tak tumbuh bagai rumput
hanya perlahan tanpa kepastian
yang ku hirup bukan udara
tapi nafas...
yang ku hembuskan bukan angin
tapi nafas....
yang terasakan disetiap denyut
yang tergetarkan dalam detupnya
ucap yang terkunci erat
tak dapat terbuka olehku
dia yang paksakan
tapi dia yang rasakan
aku ingin terpendam selalu
ketulusan hati dalam memberi
perasaan yang tak terjual
dan hidup yang tak ternoda
dalam sesama dan tak berbeda
cintanya dan hidupnya
kelembutan rasa yang hakikat
karna kapas tak ternoda
dan kertas tak tersobekkan
hasrat yang tertimbulkan
termilikinya bukan hatiku
cintaku tak tersampaikan
ketetapan untuk hatiku
dia nafas hidupku
nafas yang menghantarkanku
dalam hidup...
dan kematian...

Tak Kurasakan Aku Mencintainya

Dulu tak sedikitpun aku mengenalnya
cukup tahu saja
tak terbesit bayang akrabpun dengannya
ku hanya dekat sahabatnya
kala beranjak dewasa
ku mulai mengenalnya
mulai dapat rasakan baiknya
kelembutannya menjagaku
membuatku terasa punyai saudara baru
saat ku jauh darinya
ku inginkan dia dekat denganku
saat hariku tanpanya
kuinginkan dia kembali untukku
baru kusadari dan kurasakan
betapa sakit aku tanpanya
betapa berat kulalui jauh darinya
dan kuakui kini
perasaan yang kurasakan
terasakan tulus untuknya
tanpa ragu tanpa beban
aku sungguh menyayanginya

Kecupan Terakhir Ibu

Pagi ini aku bangun kesiangan, sampai- sampai aku tak sempat sholat subuh, karna waktu yang telah menunjukan pukul 06.00. aku yang biasanya bangun awal karna dibangunkan ibuku, merasakan sesuatu yang berbeda hari ini, ibuku tak membangunkanku hari ini,karna tak seperti biasanya sebelum aku mandi, aku masuk ke dalam kamar ibuku dulu, aku takut ada sesuatu dengannya.
Saat aku masuk ke dalam kamar ibuku, ibuku terbaring sakit diatas ranjangnya, badannya panas, ibuku banyak mengeluarkan keringat, tapi dia menggigil kedinginan, aku tak tahu harus bagaimana, aku menanyakan keadaan ibuku, tapi ibu hanya menggigil saja, dan justru menyuruhku agar cepat bersiap – siap berangkat sekolah, beliau juga mengucapkan maaf padaku karna tak membangunkanku sehingga aku bangun kesiangan, tak seperti biasanya ibuku tak mengomeliku bangun siang hari ini, padahal hari – hari biasa beliau selalu memarahiku kalau aku bangun siang, beliau juga menasehatiku agar tidak tergantung padanya, karna katanya suatu saat pasti aku akan mengurus hidupku sendiri.
Saat aku berpamitan hendak berangkat sekolah aku menjabat tangan ibuku dan mencium tangannya, sesuatu yang sangat tak aku duga terjadi, ibu mencium keningku, aku merasakan ini sangat tidak wajar, biasanya ibu hanya mengusap kepalaku dan menyuruhku belajar dengan baik di sekolah.
Akupun berangkat sekolah dengan hati yang kurang tenang, aku tak tega meninggalkan ibuku sendiri di rumah dalam keadaan seperti itu, aku takut terjadi sesuatu dengan ibuku, maklumlah ayahku bekerja di luar kota, hanya sekali dalam dua minggu dia pulang mengunjungi aku dan ibu disini.
Saat aku sedang menulis, tanpa sebab yang pasti pinsil yang sedang aku pakai patah begitu saja, tiba – tiba tanganku gemetar seakan tak sanggup untuk menulis lagi bahkan tak sanggup untuk memegang bolpoinku dan melanjutkan pekerjaanku lagi.
Bel istirahat berbunyi, saat aku sedang berjalan ke kantin bersama teman – temanku hp yang aku taruh di kantong saku rokku jatuh,, padahal kantong saku rok yang aku pakai cukup dalam,dan kantongnya pun tidak berlubang, tapi kenapa hpku bisa terjatuh, lalu mata kiriku tiba – tiba bergetar.
Apa yang sebenarnya terjadi?kenapa perasaanku jadi tambah tak karu – karuan? Lalu aku teringat pada ibuku yang aku tinggalkan tadi pagi dalam keadaan sakit, aku takut ada sesuatu dengan ibuku, kemudian aku ingat kata – kata ibu yang menyuruhku agar tidak cepat khawatir, karna kata ibu kekhawatiran itu adalah do’a, aku langsung istigfar setelah teringat kata – kata ibu tadi.
Setelah beberapa jam pelajaran selesai, bel pulangpun berbunyi, seperti biasa aku pulang dengan menggunakan angkutan umum, tapi tak satupun angkutan umum yang lewat, kalopun ada yang lewat bukan yang berarah ke rumahku, atau kalopun ke arah rumahku tapi angkutan itu sudah penuh, jadi aku putuskan untuk mencari angkutan umum sambil berjalan.
Saat aku sedang berjalan pulang leherku tiba – tiba merinding kemudian seperti ada angin hangat yang melewatiku, padahal ini musim dingin. Kemudian jantungku berdebar sangat kencang, aku takut dengan semua ini, kenapa hari ini aku merasakan beberapa hal yang sangat tidak wajar. Di mulai dari sikap ibu yang begitu ramahnya denganku, dan pensilku yang patah tanpa sebab dilanjutkan dengan jari – jariku yang bergetar sampai tak bisa memegang apapun, dan hpku yang jatuh dari kantong saku rokku tanpa alasan, dan bergetarnya mataku, serta kejadian yang baru saja terjadi ini, aku merinding dengan disusul dengan hebusan hangat seperti ada yang menghembuskan nafas kepadaku.
Tak terasa ternyata aku berjalan sampai rumahku,saat aku memasuki komplek perumahanku aku melihat ada bendera putih dipasang di depan komplek, padahal tadi pagi saat aku berangkat belum ada bendera putih disana, saat aku melewati sebuah rumah aku melihat banyak sekali orang yang berkumpul menggunakan pakaian serba hitam, kurasa ini keluarga yang salah satu anggotanya ada yang wafat, tapi saat aku melewati rumah itu, aku melihat tanteku duduk di depan rumah itu, aku bingung kenapa tanteku sampai melayat kesini?padahal tanteku sama sekali tak akrab dengan orang – orang sini, saat aku berada tepat di depan gerbang rumah tersebut aku melihat nomor rumah ini, disitu tertuliskan 77, jantungku langsung derdetak sangat kencang, karna aku baru menyadari kalau rumah ini adalah rumahku, aku langsung berpikir buruk tentang ibuku, mungkin terjadi sesuatu dengan ibuku.
Saat aku menaiki tangga menuju serambi rumahku, tanteku berdiri dan berjalan ke arahku, dia berkata dan bertanya kepadaku kenapa aku meninggalkan ibu dalam keadaan sakit, aku menundukan kepalaku, kakiku lemas untuk berjalan masuk ke dalam rumah, orang – orang yang datang bersama – sama melantunkan surat yasin, aku mendekat ke tempat dimana almarhum dibaringkan, aku melihat ibu yang terbaring pucat ditempat itu, air mataku pun sedikit demi sedikit menetes mebasahi pipiku, aku terus menangis dan memeluk ibuku, seakan aku tak percaya kalau ibu telah meninggalkanku untuk selamanya, sekarang aku menyadari semua yang terjadi padaku hari ini, semua yang tak wajar aku alami hari ini, ternyata semua itu adalah kejadian yang mengantarkanku kepada kenyataan pahit yang juga mengantarkan ibuku untuk pergi selamanya dan kembali ke pangkuan-Nya.

Kebudayaan Daerah Pantas Dikembangkan!!!

Banyak hal yang kita ketahui tentang banyak hal yang berada jauh dari kita. ini semua karena perkembangan teknologi informasi dan komunikasi serta berkembangnya ilmu pengetahuan. kita tidak bisa menolak adanya proses globalisasi tersebut. namun, apakah dengan proses globalisasi tersebut kita dapat begitu saja melupakan apa yang ada disekitar kita? sebagai contoh kebudayaan nasional yang seharusnya menjadi tanggung jawab generasi muda sebagai penerus bangsa untuk dilestarikan bahkan dikembangkan sebagai identitas nasional justru makin lenyap dari kehidupan sosial masyarakat muda Indonesia. bahkan banyak yang menganggap kalau kebudayaan daerah Indonesia tersebut hanya milik kaum manula, dan kaum muda banyak yang menganggap hal tersebut sebagai hal yang ketinggalan jaman. tapi justru, kalu kita perhatikan banyak produk luar yang menonjolkan ciri khas kedaerahan yang dikemas sedemikian rupa sehingga dapat menjebol pasar hingga keluar daerahnya. sebagai contoh banyaknya film yang mengungkapkan atau menceritakan tentang kehidupan daerah seperti kebudayaan Jepang kuno, Korea, bahkan India yang sama - sama termasuk dalam kategori negara Berkembang dapat menunjukan kesuksesannya bahkan menonjolkan ciri khas dari negara bersangkutan hingga dapat mengambil hati para pemirsa di berbagai belahan dunia.
Mungkin hal tersebut dikarenakan pendeknya jalan pikiran kaum muda yang menganggap kerendahan kebudayaan daerah Indonesia. sebenarnya kebudayaan daerah tersebut dapat dikembangkan dan dapat diikuti bahkan menarik perhatian global apabila kaum muda terpelajar dapat berpikir kreatif untuk mengembangkan kebudayaan daerah tersebut menjadi produk dalam negeri yang banyak diminati masyarakat. serta ikut menjadi salah satu ciri khas Indonesia tidak hanya diakui hanya pada saat terjadi perebutan hak kepemilikan kebudayaan oleh Negara lain.

Cinta yang Tak Kurasakan

Cintanya pergi berjalan ikutinya
aku, dia tinggalkan tanpa dihiraukan
menggandengnya mendampinginya
menyakitkan hati yang tertinggalkan
ku tak bisa ucapkan larangan padanya
aku hanya teman bukan kekasihnya
cinta yang kuberikan
bahkan tak ia rasakan
hanya teman pasti yang dia pikirkan
aku tahu benar itu
aku sangat rasakan itu
kian hari makin meluaskan
sobekkan pada hati yang terlukai
aku sakiti batinku
aku tinggalkan senyumku
aku pasrahkan jiwaku
kepada sang Esa aku berkeluh
kesahpun kucurahkan
langkah yang terlewati
hanya teteskan pedih mendalam
mendasari cinta yang terabaikan
tanpa berbalas
tanpa rasakan kehangatannya
aku tetap cintainya
aku tetap menjaga hatiku
untuk pertama dan kesekian kali
ini terulang ku tolak dengan pasti
dia pergi aku pergi
dia datang aku tetap sendiri
disini tanpa menanti

Percik Cinta untuk Sahabatku

secercah cinta yang ku bangun
dengan sejuta rasa yang tertimbul
membesarkan sayang mendalam
ketika sapanya tersenyum untukku
bahagia penuh terasakan
saat menggandengku berjalan
melangkahkan tapak hidup
untuk tetap terikat bahagia
tanpa harus melepas henti
menatihku melawan cacad
dan tahukan kamu
dia lakukan itu anggapku cukup teman
pantas sakitkah aku?
memintaku dekatkannya dengan yang lain
yang lain itu bertempat juga dihatiku
menempati ruang sahabatku
tangispun makin terisakkan
tak relakan beri yang dia inginkan
persahabatan itu sedang teroyakan
cintanya atau sahabatku
yang harus ku pertahankan
yang akan bangun benteng terkokohkan
untuk bantuku hidup
melawan rintang
mencapai tujuan
dan kini akulah penentu arah
keegoisan akan memuncak permasalahan
sampai akhir ini ku ucapkan
maafkan aku hatiku
sahabatku adalah hidupku

Sabtu, 20 Desember 2008

Pertama dan Terakhir

Teringat kenangan pertama
Pertama aku melihat senyumannya
Pertama telinga ini mendengar tutur katanya
Pertama aku mencium aroma tubuhnya
Dan pertama aku menjabat tangannya
Tak sedikitpun rasa terpendam untuknya
Terlewati kini hari – hari tanpanya
Tak rasakan hati yang berbeda
Saat tanpa sengaja bertemu dengannya
Mengemukakan sedikit senyum tanpa sapa
Pada dirikupun jua
Namun berbeda saat kembali bersama
Tak hanya canda tawa bahkan mesra
Entah apa terlukis raut wajahnya
Kian lama hati rasakan istimewa
Jantung berdetup kencang didekatnya
Jari bergetar saat menjabatnya
Tak kedip mata ingin melihatnya
Mungkinkah dia juga merasakannya
Aku rasa tidak untuknya
Karna itu tak akan ku mengakuinya
Sampai dia tahu sebenarnya
Apa yang aku rasa
Dan apa yang kusimpan untuknya
Hanya hati dan aku yang tahu
Yang kurasa tak akan kubuka
Untuk selamanya
Entah pertama atau terakhir kalinya
Aku mengenal dan berjumpa dengannya

Pertama dan Terakhir

Teringat kenangan pertama
Pertama aku melihat senyumannya
Pertama telinga ini mendengar tutur katanya
Pertama aku mencium aroma tubuhnya
Dan pertama aku menjabat tangannya
Tak sedikitpun rasa terpendam untuknya
Terlewati kini hari – hari tanpanya
Tak rasakan hati yang berbeda
Saat tanpa sengaja bertemu dengannya
Mengemukakan sedikit senyum tanpa sapa
Pada dirikupun jua
Namun berbeda saat kembali bersama
Tak hanya canda tawa bahkan mesra
Entah apa terlukis raut wajahnya
Kian lama hati rasakan istimewa
Jantung berdetup kencang didekatnya
Jari bergetar saat menjabatnya
Tak kedip mata ingin melihatnya
Mungkinkah dia juga merasakannya
Aku rasa tidak untuknya
Karna itu tak akan ku mengakuinya
Sampai dia tahu sebenarnya
Apa yang aku rasa
Dan apa yang kusimpan untuknya
Hanya hati dan aku yang tahu
Yang kurasa tak akan kubuka
Untuk selamanya
Entah pertama atau terakhir kalinya
Aku mengenal dan berjumpa dengannya

Luka Dalam Batin

Ketika ku terbayang akan dirimu…
Senang itu pun datang menghampiriku…
Waktu ku lihat dirimu…
Mataku terlari padamu…
Begitupun rasa ini…
Tak merelakanmu…
Tuk singgahi hati yang lain…
Apa itu sebenarnya?
Hatiku bagai tercabik jika kau dengan dirinya…
Batin ini menangis menerimanya…
Sampai tak tergambarkan sakitnya lewat airmata…
Tapi kau tau…
Sebelum rasa ini terkunci erat dalam hatiku…
Sudah tercoba tuk dirampasnya…
Dan kau tau saat hanya kagum yang tertimbul…
Sudah ia inginkan untuk itu terkubur…
Benarkah ini tulus dari hatiku?
Adilkah ini untuk cintaku?
Bahagiakah aku tanpa dirimu?
Mudahkah aku melupakanmu?
Tapi aku sadari…
Bahwa tak segalanya bisa termiliki…
Begitupun dengan rasa pada dirimu…
Yang sungguh sangat ku ingini….

Menanti

detik waktu terlewati
berkeluh serta kesah
duduk ditaman istimewa
menanti dia yang ingin berjumpa
dibawah surya tengah hari
bermandikan peluh diri
hanya tuk selalu setia
menguji diri penantian
berharap cepat datang
cepat menepati janji
berandai ada yang baik hati
menawarkan segelas air dingin
tuk hilangkan dahaga yang terasa
kian lama menanti
surya mencondongkan dirinya
akankah kesetiaan ini terus merelakan
diri ini tuk tersakiti
untuk kesekian kali
terbohongi lagi
lidahnya yang menjilat
yang membuat terus mengiyakan
dusta yang terucap
disekian janji yang terikrarkan
hati ini sulit tuk lanjutkan
memikul beban batin yang berbuah
kesedihan yang membekas
sebagai sisa siksa lembut itu
kesabaran hati ini melayu
tak terbenah lagi
terhempas angin senja..

Lara

detak jantung menggemuruh
pikiran melayang nan jauh dimana
berkelibat bayangan satu rupa
yang dibenak terus bersemayam
berasa perih tak pernah jumpa
mendustakan segala suka
bagi hati yang terluka
menanti dirinya
berasakan akan datang
satu waktu yang tertentu
pijar makin menyuram
begitu mata menyalip terpejam
kisah lama akan terulang
begitu pandangan melebar
lara kan kembali terasakan
dihati yang tak mengidamkan
tertahankan tuk bahagiakan
satu rupa yang dipujakan
merelakan tuk berjalan
melangkahkan kaki tuk terhindar
dan terlepas dari jerat
anak kecil yang ingusan